Mereka mengamputasi islam
Oleh. Dr. Zawil Huda
Musuh, ingin islam ini hanya sekedar berbentuk ibadah saja. Sholat, puasa, zakat, zikir, haji. Selesai. Jangan berkuasa. Jangan berpolitik. Jangan bersenjata. Jangan sehat. Jangan cerdas. Jangan kaya. Ini maunya barat yang sekuler. Ini maunya kaum fasis dan komunis.
Tujuan mereka jelas, supaya pemerintahan dan ekonomi keuangan serta militer mutlak dikuasai kelompok yang disebut dengan "tripel A," yaitu: asing, aseng dan asong.
Amputasi terhadap islam sebagai tubuh yang sejatinya lengkap itu begitu gencar mereka serang lewat berbaga tuduhan pada narasi-narasi seperti : Politik identitas. Islam fundamentalis. Islam radikal. Teroris islam. Islam primordial.
Semua stigma dan labelisasi itu hanya keluar dari pihak yang memusuhi islam, atau minimal dari mereka yang bodoh tentang islam itu sendiri.
Sejak abad pertengahan, islam yang awalnya utuh, bulat dan lengkap, telah coba diamputasi oleh barat yang diwakili sekularisme dengan berbagai cara dan propaganda. Dimana sekularisme artinya ialah pemisahan antara agama dengan negara. Untuk agama hanya urusan pribadi di rumahmu. Namun jika sudah keluar dari pintu rumahmu maka itu mutlak wilayah negara.
Sikap barat menjadi ekstrim seperti itu dimulai dari muaknya mereka kepada para oknum agamawan gereja yang menindas rakyat atas nama agama. Padahal tujuan licik kaum agamawan tersebut adalah harta dan tahta. Maka, kolaborasi jahat antara raja dengan rohaniawan telah menjadi momok tirani yang menghisap warga negara. Tiada kata lain untuk budaya itu selain harus dihentikan dengan dibuat paham baru bernama sekularisme. Nah, Itulah cikal bakal lahirnya ide sekuler.
Akan halnya dengan islam tentu sangat berbeda. Dia tidak bisa dipisahkan antara satu aspek dengan aspek lainnya. Karena itu dia harus padu, Holistik dan konfrehensif.
Paling mudah melihatnya adalah pada pola hidup nabi dan sahabatnya di era awal islam, yang terlindungi dengan berdirinya negara islam madinah. Pemeluk agama lainnya tetap saja boleh menjadi warga negara madinah, dan juga tetap mendapat hak asazinya, namun mesti patuh pada regulasi/ konun islam.
Nabi itu ahli ibadah. Tapi juga presiden. Panglima perang. Ekonom. Ahli pendidikan. Menata kesehatan. Mengelola keuangan negara dan fiskal. Juga seorang budayawan.
Kesempurnaan nabi yang multi talenta tersebut membuahkan banyak kejutan sejarah. Diantaranya yaitu piagam madinah. Sebuah traktat Konstitusi pertama yang tertulis sepanjang sejarah dunia. Ujungnya, tercapai sebuah kemakmuran, keamanan, dan keadilan bagi semua warga negara madinah.
Bagaimana islam pada masa itu ?
Di zaman itu, Dia sempurna. Tidak terpisah pisah. Tidak diamputasi. Islam masa itu berbentuk bulat sempurna jari jarinya, melingkupi ; hukum konstitusi, ekonomi, keuangan, politik, senjata, militer, negara, diplomasi, pendidikan, kesehatan, budaya, seni, dan tradisi. Maka tiada celah ruang hidup manusia yang tidak di isi oleh islam.
Adapun jika islam hanya tinggal ibadah saja, seperti yang di inginkan barat kepada dunia islam sekarang, yaitu dengan melepaskan sisi politik, maka pada saatnya ibadah itu juga akan punah karena munculnya politik kekuasaan ditangan orang yang anti islam.
Ibarat singa, mestilah disebut singa jika terdiri dari kepala, leher, badan, kaki, ekor, gigi taring, dan kuku. Jika satu saja tidak ada, maka singa itu akan lemah tidak berdaya.
Bagaimana mungkin orang takut jika seekor singa tanpa kuku, tanpa gigi dan tanpa taring ?
Bagaimana mungkin singa akan disegani jika dia tidak punya kaki ?
Bagaimana mungkin singa bisa hidup tanpa kepala ?
Maka demikianlah dengan islam. Dia hanya berwibawa, berdaulat, serta dipandang sejajar dengan warga dunia lainnya, jika dia punya kehebatan dalam politik, ekonomi, militer, pendidikan, kesehatan, dan lain-lainnya.
Jadi, miris dan menderitanya kaum muslimin di banyak wilayah dunia akhir akhir ini adalah, karena keberhasilan musuh dalam memotong motong bagian anatomi tubuh islam yang terdiri dari berbagai aspek diatas tadi.
Siapa yang mampu melindungi agamamu jika bukan dirimu yang memiliki kekuatan militer dan kuasa politik serta ekonomi ?
Apakah islam harus selalu tergantung untuk melindungkan dirinya kepada kuasa politik dan militer agama lain ?
Tidak. Dia akan dihina dan dilemahkan.
Jangan pernah mau diamputasi. Karena kekuatan islam berada pada utuhnya berbagai dimensi tadi dalam dirinya. Jika dipotong- potong, maka pastilah dia akan jadi lemah dan terjajah. Bukankah mayoritas muslimin dunia sekarang terjajah ?
Berfikirlah wahai ummat pilihan akhir zaman. ***
0 comments:
Post a Comment