NU Gerakan Supra Politik dan Leader Jagat
Oleh : Dr. Zawil Huda, SH, MA
Nu disiapkan oleh pendirinya jauh melebihi dari anggapan umumnya orang -orang. Untuk diketahui, NU lebih dahulu ada daripada kemerdekaan indonesia (1926).
Bahkan NU memiliki peran sentral dalam memperjuangkan dan menyiapkan kemerdekaan bangsa ini. Tapi tidak sedikitpun NU berfikir untuk menafikan peran dan saham pihak lainnya.
Dalam misinya, NU bukan cuma untuk menjaga ibadah ritual dan berkutat pada maqom tawaf rutinitas organisatoris semata.
NU bukan hanya oase tempat singgah bagi kiyai sepuh dan pejabat purna tugas. Dimana NU bagi mereka hanya buat jadi persinggahan tempat menghabiskan sisa usia saja. Atau juga agar mereka punya legitimasi formal untuk bisa berlagak bagai pandito sakti mandraguna dimana semua orang mesti manut kepada dawuhnya. Bukan demikian. Bukan sama sekali.
Kenapa ? Alasan kuatnya adalah karena NU bermazhab fikih arba'ah. Dan mayoritas warga Nahdliyin ikut mazhab syafii. Sehingga prinsip ormas NU identik dengan sikap para imam mujtahid yang empat tersebut, dalam menyikapi perbedaan pendapat. Terutama jika persoalan yang terjadi masih pada ranah asumtif atau zonniyah. Bukan ranah qot'i yang sudah pasti devinitif.
Dimana sikap keempat imam mulia itu selalu terbuka untuk membolehkan muridnya dan ulama lainnya berbeda pendapat dengan mereka. Tentu sepanjang memiliki argumentasi mu'tabar atau dalil yang kuat.
Inilah tradisi aksioma di tubuh ormas bernama NU. Yaitu bebas berfikir dan berpendapat jika memiliki dalil.
Maka sebab itulah lambangnya NU dibuat tali jagat yang longgar. Tidak dikunci dengan ikatan tali bersimpul mati. Artinya NU itu toleran, adaptif dan kondisional serta rasional. Tentunya pasti moderat.
Sejatinya di NU tidak ada yang namanya penjara pikiran dan jeruji ijtihad. Semua para ahli diberi ruang luas dan altar bebas untuk berijtihad dalam berbagai bidang. Termasuk bidang hukum, politik, negara, ekonomi, sosial dan seni budaya.
NU untuk dunia sejagat raya
NU disiapkan untuk mengikat dunia kepada hukum tuhan. Dia berada pada tataran atmospir supra politik. Bukan cuma partisan partai politik dan tim hore-hore saja, seperti yang disebut nabi bagai buih belaka.
Tidak boleh hanya terhenti pada wilayah partisan. Jikapun fenomenanya yang faktual, memang ada yang partisan itu, maka dia lebih kepada siasat koalisi taktis saja. Bukan koalisi strategis permanen.
Nu dan sikap politiknya
Karena hal itulah maka NU sering dituduh pragmatis dan penjilat kepada pemerintah.
Padahal pilihan itu diambil merupakan hasil ijtihad politik taktis saja.
Gunanya supaya NU bisa bernapas panjang, segar dan lapang. Agar kaum Nahdliyin yang ratusan juta itu terjaga dan aman gerbongnya dari persekusi kekuasaan seperti di zaman orba. Sebab menghadapi intrik jahat penguasa itu sangat menguras energi.
Sehingga diharapkan dengan ijtihad politik itu, akhirnya parade ummat raksasa ini bisa tetap surviv dan manpu untuk sampai ke tujuan.
Sebab itulah selalu dibuat ijtihad politik dengan memilih sikap yang setelah lebih dahulu membaca sikon aktualnya, bahwa pilihan mana yang akan bisa membawa efek besar yang dipandang lebih manfaat masa itu ( memilih resiko terkecil, Akhoffud dhororoin, dari fikih realitas atau fikhul Waqi'iyah 'Asriyah )
Ujungnya, nanti disatu ketika, akan terwujud juga visi NU. Dimana visi itu adalah, semenjak dilahirkan NU itu memang disiapkan sebagai suatu gerakan abadi ummat semesta buat mewujudkan sabda nabi dan mandat langit di planet bumi.
Tentu dalam rangka menuju visi yang mega besar itu, sebelumnya mesti lebih dahulu NU bisa selamat dalam menempuh samudera realitas sosial pada ranah proses yang sangat praktis.
Dimana proses dimaksud ialah NU selalu akan menghadapi gejolak bernegara yang pasti akan terus fluktuatif dari tahun ke tahun. Dan itu sering terlihat abu -abu. Tidak melulu hitam putih.
Para petinggi NU membuat pilihan dengan cerdas
Maka dibuatlah siasat agar NU tetap mampu bertahan dari goncangan turbulansi politik yang dinamis tersebut. Dan semua proses itu sangat -sangat melelahkan.
Pertimbangan agar tetap bisa bertahan itulah yang mendasari NU mesti bertubuh fleksibel dan memiliki kaki yang cerdas agar selamat berjalan di antara onak dan duri.
Sekali lagi, oleh karena hal -hal itulah, maka NU di ranah lapangan sosial, harus mampu berselancar indah fan ekegan, agar kelak dia mampu sampai ke tujuannya. Tidak terlalu dipaksakan untuk melawan arus mainstrim.
Logikanya begini. Perjalanan maraton yang panjangnya ribuan kilo meter, haruslah dilalui dengan jalan yang agak santai. Tidak bisa dengan langkah yang berlari kencang. Karena pelari kencang akan mudah kehabisan napas.
NU memiliki Ruh langit
Karena latar dan namanya saja dihasilkan oleh selaksa tirakat dan kasyaf maknawi dari para syekh besar, seperti KH. Kholil bangkalan. Jadi NU sengaja dilahirkan oleh rencana ilahi dan kreasi alam malakut serta jabarut.
Tentu juga setelah sebelumnya, mbah Hasyim dan mbah Wahab serta mbah Bisri, telah lebih dulu mereka founding father NU itu berlelah- lelah, selama bertahun - tahun, dengan mengeksplorasi dasar pertimbangan dari logika aqli serta teks- teks kitabi.
Ijtihad kolektif para maha guru itu dilakukan serius setelah melihat sikon nusantara pada era penjajahan belanda dan jepang. Dimana agama jadi tersingkir. Kiyai- kiyai dibungkam. Manusia dan warga diperbudak. Ekonomi diperas habis. Pajak belasting naik dan dihisap sampai kering. Sehingga santri, rakyat dan kiyai menjadi ringkih, kurus dan terzalimi.
Kode sandi kelas tinggi
Maka disiapkanlah tongkat musa dan tasbih khidir. Keduanya adalah isyarat sumbolis tingkat dewa. Kemudian di ikatlah bola bumi ini dengan tali jagat. Namun dengan ikatan simpul yang sangat longgar. Diberi lagi cahaya panduan dengan sinar bintang sembilan.
Jangan kerdilkan NU
Itulah Nahdlatul Ulama. Bukan hanya untuk nusantara, tapi untuk dunia. Maka jangan mengkerdilkan NU. Karena NU adalah laksana singa, bukan kambing. Dia bagai burung elang, bukan jenis unggas pipit.
Maka ketika NU berada pada jalur resminya atau khittohnya, dipastikan dia akan betul- betul bermartabat, serta akan menimbulkan multi efek dan bisa sebar berkah.
Namun jika NU dibawa kepada keluar dari habitatnya, maka dia akan jadi aneh dan anomali. Dia bisa terlihat menggelepar hina sambil mengharap santunan nista dari tuan penguasa. Sampai hari ini hal itu belum terjadi.
Hadroh Syekh KH. Hasyim Asy'ari akan marah besar jika melihat fakta yang bertolak belakang dengan visi misi awal NU didirikan. Namun beliau tentu tidak mampu marah lagi sekarang. Tapi ingat, para wali memiliki keistimewaan untuk terus mengawasi ormas besar ini atas izin Alloh. Karena tanggung jawab berat itu sudah berada pada pundak orang- orang yang memiliki sanad emas.
Pesantren dan tradisinya, NU dan amaliyah serta fikrohnya, merupakan sebuah inkubator untuk mencetak pemimpin tingkat dunia. Bukan hanya level nasional. Apalagi jadi turun ke derjat rendahan yaitu untuk menjadi pengekor oligarkhi. Jangan sampai terjadi demikian.
Pada paruh pertama abad kedua NU ini, diharapkan supaya tujuan- tujuan NU yg masih tertunda akan bisa rampung selesai.
Diantaranya NU ikut merawat jagat seperti yang sering disuarakan ketua umum kita Gus Yahya.
Lebih dari itu, tidak berlebihan jika diharapkan bahwa NU bisa untuk memimpin dunia. Setidaknya NU sudah aktiv buat memunculkan pemimpin dunia dari kalangan aswaja. Terlihat memang ada sinyal kuat ke arah itu.
Kalam ilahi : sesungguhnya bumi ini mesti dipimpin oleh orang solih.
"Innal ardho yaritsuha ibadiyas solihun." []
Penulis: Zawil Huda. Alumni PMKNU Padang , Sumbar, Tahun 2023. Murid idiologis dari Kiyai Miftah Fakih dan Gus Yahya.
0 comments:
Post a Comment