BUKAN PILIHAN KAMI JADI DAERAH TERISOLIR
Saya bernama Romartin Hamonangan Lubis. Asli Putera kampung terisolir di Rura patontang. Lahir disini. Besar disini. Kampung ini jauh dari kata mewah.
Rasanya kami belum merdeka. Kami adalah orang orang pinggiran seperti dalam lagu Iwan fals. Kami adalah warga negara yang diabaikan.
Kami yang dilupakan. Kamilah kampung yang selalu dipermainkan dengan janji palsu tiap pemilu pilkada dan pileg serta pilpres.
Rura patontang adalah salah satu Jorong di Nagari Pamatang Panjang Kecamatan Koto Balingka, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Udaranya sejuk. Warganya ramah. Tanah kami subur. Tapi kami hidup dalam kubangan kemiskinan.
Walau demikian, kami cinta negara ini. Kami setia kepada NKRI. Meskipun pemerintahnya tidak mencintai kami. Setidaknya itulah perasaan warga kampung kami.
Jorong Rura patontang memiliki kurang lebih 110 KK (Kartu Keluarga). Pekerjaan Masyarakat sebagian besar bertani dan berkebun Karet. Fasilitas Pendidikan sangat kurang memadai karena hanya mempunyai 1 TK (Tingkat Kanak-kanak) dan 1 SD (Sekolah Dasar) dan tidak ada sekolah tingkat SPM apalagi SMA.
Kalau anak-anak mempunyai keinginan yang kuat untuk sekolah maka harus keluar dari Jorong Rurapatontang untuk melanjutkan sekolah ke Jenjang yang lebih tinggi.
kebanyakan setelah tamat SD menyambung Sekolah ke Silaping (Kec. Ranah Batahan) dan ke Ujung Gading (Kec. Lembah Melintang) dengan berpisah dari keluarga dan sewa Rumah atau Kos.
Tidak sedikit anak-anak yang punya keinginan yang kuat untuk tetap bersekolah walapun berpisah dengan orang tua dan hidup seadanya di Nagari orang.
Seperti halnya Penulis, Setelah Tamat SD penulis bersekolah di MTsN Ujung Gading Tampus, dan Kos di sekitaran Sekolah itu pada Tahun 2006. Jiwa saya yang berani menyuarakan kepentingan rakyat ini terinspirasi dari seorang guru saya di Mtsn tampus, ujung gading itu. Guru saya itu tinggi besar. Sang orator yang menghipnotis jika berpidato. Dia seorang petarung yang anti kezaliman dan anti ketidak adilan. Dari guru saya itulah saya belajar untuk jadi pejuang bangsa tanpa pamrih sampai sekarang. Tapi dia tidak mau disebut namanya. Seperti tokoh agen James bond, dia hanya beroperasi ketika situasi genting.
Saya masih tergolong anak rura patontang yang beruntung. Alhamdulillah ya Rob. Sedangkan disisi lain, begitu banyak anak-anak kampung kami yang putus sekolah. Kadang sebabnya dikarenakan tidak sanggup berpisah dengan Orang Tua. Serta sebagian dikarenakan usia anak yang masih sangat muda. Dan juga dikarenakan biaya yang tidak dapat disanggupi oleh orang tuanya. Macam macam sebabnya pak. Kami memang miskin. Sangat miskin.
Kenapa ini semua bisa terjadi?
Ini karena Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat abai dengan kewajibannya menjalankan UUD 1945 yang menyatakan Memajukan Kesejahteraan Umum dan Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Rura patontang serba tertinggal diberbagai lini. Baik di bidang Pendidikan, Ekonomi maupun Infrastruktur. Khusus infrastruktur hingga saat ini dari masa kemasa jalan menuju Jorong ini sangat memprihatinkan.
Dahulu, selagi ayah saya masih hidup, di masa itu saya masih kecil. Sayasering bertanya kepada ayah. Ayah kapan pembangunan jalan ke kampung ini di bangun orang ayah...?
Ayah saya selalu menjawab jika saya tanya dengan ucapan "Sebentar lagi nak. Tunggulah anakku." Sambil ayah mengusap kepalaku, dan ayah memandang jauh ke depan, ke arah jalanan tanah liat warna kuning yang berkubang.
Pertanyaan ini sering saya tanyakan kepada ayah saya. Namun jawabannya selalu saja sama. Saya ketika itu berfikir bahwa ayah saya berbohong. Tapi setelah saya pelajari dan melihat kenyataan hingga saat ini, ayah saya tidak berbohong. Dia berbaik sangka bahwa jalan kampungnya nanti suatu masa akan dibangun juga. Tapi kapankah masa itu...??
Dia, ayah saya, dulu, setidaknya sedang menghibur saya, agar saya buah hatinya menjadi pribadi tangguh untuk tetap bisa berharap walaupun di tengah pengucilan pemerintah, dan meskipun sedang berada di pusaran derita yang tak bertepi.
Pemerintah Daerah lah yang selalu diduga berbohong dari dulu sampai saat ini. Mana wakil rakyat dari dapil kami ? Mana suaranya ? Mana perjuangannya ? Omong kosong. Setelah dapat suara, mereka hilang entah kemana. Di kantor dewan dprd padang tujuh mereka diam seribu bahasa. Terhinalah kalian. Semoga kalian celaka.
Sekarang Ayah saya sudah tiada. Dan saya pun sudah menjadi seorang ayah pula saat ini. Tapi, lagi-lagi, saya dan masyarakat pun masih terus saja diduga dibohongi, dengan janji - janji tanpa bukti, oleh Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat sampai hari ini.
Mana bukti janji kalian itu untuk membangun jalan kami ... ?
Tidak terbayang mungkin dibenak para pemimpin bagaimana menderitanya kami di pedalaman ini.
Akibat jalan yang tidak memadai, apabila ada Masyarakat kami yang sakit, terpaksa ditandu dengan bambu secara bergotong royong seperti dipoto - poto yang viral.
Ditandu dengan lelah tiada terkira, serta bersimbah keringat dan napas yang ngos -ngosan, menuju jalan yang bisa dilalui mobil untuk dibawa berobat. Dasar para pemimpin tiada punya rasa kasihan pada kami. Siapapemimpin yang datang ke kampung kami tahun 2022/2023 sampai awal 2024 ini ? Siapa ?
Tidak ada.
Begitu juga dengan ibu-ibu yang melahirkan tidak normal, maka di tandu menuju Puskesmas terdekat. Bahkan seperti baru-baru ini yang terjadi, dimana seorang Ibu miskin melahirkan ditengah hutan dalam perjalanan menuju Puskesmas. Untung Bayi dan Ibu itu selamat kalau tidak apakah pemerintah mau bertanggung jawab ?
Kami tahu, bahwa kalian telah menikmati arti merdeka. Tapi kami belum sama sekali. Apa salah kami bapak- bapak ? Kenapa kami dilupakan ? Padahal kami ber ktp indonesia dan bayar pajak ke negara ini.
Sampai saat ini masih timbul pertanyaan didalam benak saya, Tahun 2019 Pasaman Barat sudah resmi keluar dari Daerah Tertinggal.
Namun kenyataannya tidak ada perubahan dari keadaan dahulu dengan yang sekarang. Kami mungkin dianggap tidak menguntungkan secara finansial.
Kami hanya berguna pada saat pemilu. Mereka hanya ingin suara kami. Tapi tidak memandang kami sebagai saudara sesama warga NKRI.
Ujungnya, di akhir tiap pemilu, kami hanya meratapi nasib yang tetap terkucil dan makin bertambah pilu.
Kalian tahu betapa mahal harga harga dikampung kami ? Sedangkan hasil alam kami makin hari makin murah harganya.
Sekarang ini, warga kami bisa makan saja sudah sukur.
Saya dan Masyarakat Jorong Rura patontang hingga saat ini, tidak terputus harapan,
semoga dikemudaian hari nanti, ada Pemimpin yang betul-betul amanah ketika dititipkan suatu jabatan.
Terhinalah para pembohong. Semoga disusahkan hidup mereka dengan kuasa Tuhan semesta alam. Karena mereka juga menyusahkan rakyatnya.
Ya Rob, Berilah kami bupati yang menyayangi kami, dan kami juga menyayanginya. Hanya padamu kami berkeluh kesah. []
Penulis / keluhan : Romartin Hamonangan lubis
Penyunting : Dr. Zawil Huda
0 comments:
Post a Comment