Pedati, nasibmu kini.
Pedati tersenyum lagi
Ujung Gading| kawalbangsa.com--- Seiring kemajuan zaman, pedati mulai tersingkir ke pinggir peradaban. Dahulu pedati berjaya. Kini pedati mengalami masa uzurnya.
Alat angkut dan transportasi ini dahulu sangat pital dan unggul. Mungkin di era tahun 30 -an sampai 70- an. Kemudian pelan pelan pedati mengalami masa- masa sulit. Namun tetap bertahan sampai era sekarang.
Untuk kota ujung gading, nasib pedati menjadi miris. Apalagi setelah maraknya galian C ilegal.
Maka mobil- mobil truk lebih diperebutkan warga kota sekitar untuk pembangunan rumahnya dan keperluan lainnya.
Namun, pada dua bulan terakhir, februari dan maret 2024, setelah ditangkapnya eskavator perusak sungai Batang Sikerbau oleh tim Polda Sumbar, pada januari 2024 kemaren, pedati kembali mendapat kerja dan tempat.
Setiap hari mulai terlihat pedati -pedati berjalan di aspal- aspal kota. Mereka mulai bisa tersenyum bahagia. Pertanda nasib mulai cerah. Bagai cahaya pagi menyinari bumi. Bagai pipit bernyanyi riang ranting ke ranting.
Ternyata hukum yang tegas akan membuat rakyat bahagia dan semua kebagian jatah rezki yang adil serta merata.
Sebaliknya kapitalisme akan membuat jurang antara kaya dengan simiskin. Yang kaya makin kaya. Yang miskin makin miskin. Bukankah tukang pedati juga manusia ? Bukankah mereka juga ummat nabi Muhammad yang perlu kita perhatikan hidupnya ?
Galiam C ilegal adalah bagai setan bagi Pedati. Tentu yang namanya setan harus disingkirkan.
" Sudah lama kami tidak dapat kerja yang cukup pak. Kami kalah oleh truk-truk besar itu. Apakah kami tidak berhak untuk hidup di negara ini ? Padahal kami warga negara asli. Anak istri kami butuh makan. Mereka perlu sekolah agar nasibnya kelak tidak seperti kami. Tetima kasih bagi mereka pahlawan kami yang telah lelah menertibkan galian C haram itu. " Kata dokar pedati yang enggan disebut namanya.
" Jangn sebutkan namaku pak. Saya hanya debu. Saya hanya warga kecil. Saya hanya pejuang buat keluargaku." Sambungnya lirih.
Tukang Pedati juga punya hak yang sama dengan presiden di negara ini. Punya hak hidup. Hak mencari nafkah. Hak ekonomi, dan hak untuk dilindungi oleh negara. Mereka harus ikut menikmati kue pembangunan di negara dan bangsa ini. []
By, Zawil Huda
Disunting : Sopyan
0 comments:
Post a Comment