Pasaman Barat| kawalbangsa.com ----Setiap sehari menjelang Romodhon ada satu tradisi unik di kota ujung gading. Namanya Pasar daging. Walau beda Awal puasa namun warga tetap kompak dan rukun gembira bersama sambut puasa.
Sepanjang jalan kiri kanan di pasar ujung gading akan penuh dengan lapak menjual daging. Warga kota berkerumum berdesakan penuh peluh dan aneka bau. Namun semua senang. Semua gembira.
Harga capai 180 ribu perkilogram baik untuk sapi dan kerbau. Tahun ini, ada sekitar 50 ekor sapi dan kerbau yang disembelih untuk jadi menu pembuka sahur warga ujung gading city.
Meskipun kondisi ekonomi lagi sulit, namun warga yang sudah terbiasa dengan adat yang baik ini tetap semenjak jauh hari sudah menabung uangnya untuk beli daging jelang satu Romodhon. " Mungkin ini bidah hasanah versi kota ujung gading pak." Ucap seorang tokoh agama sambil senyum.
Ini adalah cara warga kota untuk menyambut gembira bulan suci penuh berkah itu. Awak media kawalbangsa. Com turun langsung ikut membaur ditengah keramaian pasar daging ini pada ahad siang (09/03).
Suara riuh dan dentangan kampak pemotong tulang kerbau dan sapi saling bersahutan. Diselingi sesak suara tawar menawar dari kedua belah pihak antara penjual dan pembeli. Acapkali sipembeli adalah orang dekat dan sahabat dari sipenjual. Maka sudah barang tentu harga akan jadi agak miring. Ternyata hubungan kekeluargaan dan persahabatan bisa juga mempengaruhi harga pasar.
" Saya beli daging ini sama laeku pak. Harganya turun. Karna dia iparku. Masa pula saya disamakan dengan orang jauh. Gak bisa dong. " Ucap warga pembeli sambil ketawa riang.
Sementara itu beberapa penjual daging yang selalu setia ikut tiap tahun menjual daging sapi dan kerbau mengaku kecanduan. Mau untung atau rugi, pokoknya ikut.
" Saya sudah 20 tahun ikut menjual daging menjelang puasa ini pak. Sering kami rugi sebenarnya. Kadang hanya pulang pokok saja. Sekedar bisa makan daging di keluarga saya saja untungnya. Tapi terlanjur sudah candu pak. Ada semacam keberkahan hidup yang tidak bisa saya ceritakan pak. Walau kadang rugi, namun kami dan beberapa rekan saya tetap enjoy aja. Bahkan tidak merasa rugi. " Kata mereka sambil Ketawa ketawa happy.
" Pokoknya saya begini pak. Pernah saya tidak ikut jualan satu kali puasa. Maka saya merasa jadi orang aneh dan egois. Masa untuk menyenangkan warga ujung gading saya mau puasa kita hanya mikirin untung jualan saja. Kenapa saya tidak ikut menyenangkan warga kota saya ? Waduh, saya jadi merasa bersalah waktu itu pak. Kalau tentang rezki itu sudah diatur yang satu di atas. " Ujar penjual lain menimpali.
Ttadisi kota ujung gading ini sudah bernalan lebih 70 tahun.
Memang kota ini dikenal serambi makkahnya Pasaman barat, Sumbar. Betul sekali bahwa Romodhon bertabur berkah. Termasuk pasar daging sehari menjelang Romodhon di Ujung gading ini. []
Ditulis : Zawil Huda, SH
Disunting : Zamzami, S. Sos
0 comments:
Post a Comment