Kopi eksotik dari pagar gunung kota nopan, menyimpan seribu nikmat yang masih orisinil.
Pagar gunung, Kota Nopan, SUMUT| kawalbangsa. Com ---
Perjalanan yang melelahkan dan penuh tantangan yang dilalui owner media kawalbangsa.com untuk menuju Desa nun jauh di atas gunung disana, yang merupakan sebuah kampung tua, tempat asal muasal buyut penulis zaman generasi pertama yang pindah dari daerah kabupaten Madina ke daerah Pasaman barat, sumbar dibtahun 1800-an tidaklah sia-sia. Semua memang terbalas rasanya dengan sangat puas pada selasa (02/07/2024).
Pasalnya, di desa pagar gunung yang secara geografisnya terletak di kecamatan kota nopan, kabupaten Madina, Sumatera utara ini sungguh unik dan eksotis. Sangat mengesankan. Penuh berkah. Kira- kira mirip dengan ungkapan "Allazi barokna haulahu." Tapi jangan salah tafsir.
Perjalanan kali ini memacu adrinalin dan memanjakan mata. Mulai dari alamnya yang indah di kiri kanannya, terus gunungnya yang kokoh memanjang melingkar dan seakan memagari kampung nan asri ini, semua itu makin membuat hati merasa lega dan riang meronta ( Sonaaaa doma ilala ipar ).
Spontan saat penulis menghisap rokok pucuk yang rada aneh milik penulis sendiri yang tentu diselingi gemeretak kunyahan pinang yang masih stok aski dibawa dari daerah ujung gading pasaman barat makin terasa membuat jiwa penulis serasa segar, play, dan mengembara liar. Pokoknya indah gitu.
Saat menghembuskan kepulan asap rokok dari daun nipah itu, pelan- pelan, lamat-lamat, tiba- tiba langsung saja imajinasi penulis menerawang terbang jauh mengembara ke alam khayali. Terbang ke alam dwipa, merasuki awan-awan nostalgia liar yang menyusup kepada masa-masa satu abad yang lalu. Tempoe Doeloe. Dulu sekali.
Waduh gusti Allohku, engkau maha Rahman. Negeri ini memanglah sangat kaya. Tapi kenapa rakyatnya tertindas. Edan. Edan sekali. Apakah karena pemimpin negeri ini ikut serta menjajah rakyatnya juga...??
Daerah ini terlihat indah menawan. Serasa asri dan kaya palawija serta aneka sayuran hijau. Tapi, bagaimana mungkin warga pagar gunung ini bisa berjalan kaki hijrah berimigrasi ke pasaman barat melalui jalan setapak dengan berbagai resiko berat. Bahkan bisa-bisa resikonya mati di tengah jalan. Kenapa ?
Penulis tidak habis pikir, Kenapa kampung sejuk ini dahulu mereka anak mudanya banyak yang pergi meninggalkannya..?
Ada apa..??
What heapen..? Limaza ..?
Jawabannya memang sangat banyak dan beragam teori. Kita tidak tahu mana yang laling sohih.
Katanya begini. Pertama, Dahulu itu ada yang pergi ke luar kampung pagar gunung karena menghindari dari dipaksa kerja rodi oleh belanda. Orang yang hijrah ini artinya mengakpresikan jiwa jihadnya dengan pergi jauh dalam rangka melawan sistem politik etis belanda yang berbentuk Tanam paksa itu. Tapi alangkah eloknya sebelum pergi di masa itu sebaiknya calon perantau itu membunuh beberapa orang Belanda lebih dahulu baru pergi.
Teori Kedua, ada yang pergi hijrah karena untuk mencari hidup baru.
Ketiga, ada juga yang iseng sekedar uji ilmu, uji datu, uji parewa atau pendekar, serta uji nyali ke rantau orang.
Keempat, alkisah pula, ada yang lari pergi dari pagar gunung ini karena akibat adanya konflik internal politik warga kerajaan skala kampoeng.
Dan tentulah ada sebab- sebab lainnya yang masih logis. Seperti asbab jatuh cinta pada gadis impian yang ada di luar kampung pagar gunung. Jadi demi cinta, kampung halaman akan kutinggalkan jua. Duh, hidup ini ternyata penuh drama dan romantisme. Dunia kibulehe. Dunia wale.
Namun, Tuhanlah yang maha tahu tentang motif sebenarnya kenapa desa cantik bernama pagar gunung ini banyak kehilangan putra putri terbaiknya pergi jauh ke rantau orang. Toh semuanya ada hikmahnya nanti. Yakinlah pasti ada rahasia pada setiap takdir ilahi ( Wallohu ya'lamu wa antum La ta'lamun ).
Ada misteri satu lagi, yaitu kenapa semua laki laki usia 20 tahun ke atas yang hijrah ke beberapa kecamatan di kabupaten pasaman barat sumbar era tahun 1800 an tersebut selalu namanya diawali dengan "JA"...? Seperti ompung tua bernama bapak jakomen, jamanogot, jasata, jamanombo, jasulampe, jamardaun.
Untuk data sementara, dapat dilacak bahwa yang terbanyak dari kawula muda dan dari warga pada usia masih produktif di masa dahulu itu di pagar gunung ialah berdiaspora hijrah ke berbagai kota kota dekat sekitarnya. Hanya ratusan kilo meter saja jarak tempuhnya. Tidak sampai ribuan kilo meter.
Diantaranya ada yang merantau mengadu nasib ke kota medan. Banyak juga yang memilih pergi ke daerah 'balikan' atau ke balik gunung di kota ujung gading. Hijrah ke arah batahan silaping, ke kota sungai aur, panggambiran, dan kampung situak, serta lainnya.
Untuk sekedar info bagi yang berjiwa peneliti, bahwa di kampung pagar gunung ini sudah lama menjadi sebuah adat budaya tradisi dibacakannya secara rutin dan bersama-sama sebuah amalan mulia dan wiridah hebat bernama zikir ' Rotibul Haddat." Atau orang kampung menyebutnya dengan acara 'Mar haddadan " Yang diadakan pada tiap sekali sepekan. Yaitu di malam jumat atau malam senin. Hanya diikuti oleh kaum laki -Laki.
Kegiatan 'Haddadan' ini dilakukan secara bergilir dari rumah ke rumah warga pagar gunung yang memintaknya dengan rela.
Tradisi 'Haddadan' ini menariknya sudah ada sejak sebelum zaman kolonial belanda dan jepon. Tradisi ini dibawa dan dikenalkan oleh orang alim dari luar kampung pagar gunung.
Pertanyaannya, Siapa mereka yang 'alim itu ..?
Bukankah zikir mulia ini disusun oleh seorang ulama yang sangat mashur di level dunia bermarga Haddad asal negara Yaman...?
Jika demikian, apakah ada darah dan nasab yang berasal dari arab di desa tua pagar gunung ini..?
Buktinya, kenapa keturunan dan 'taporan' dari desa pagar gunung ini banyak yang berpostur tinggi besar dan juga banyak yang berhidung mancung, serta banyak yang wajahnya bertekstur muka mirip Arab Yaman...?? Kenapa ?
Kenapa banyak turunan dari desa pagar gunung yang jadi Alim Ulama dan jadPenggiat Agama...?
Oh my god..? Kenapa..?
Jangan- jangan, barang kali, atau...??
Wollohu a'lam. Jangan kita gegabah men-cocoklogi-kannya dulu. Teliti dahulu secara seksama. Harus ilmiyah.
Namun untuk menjawab beberapa soalan logis ini maka penulis sedang menelusurinya bersama seorang Guru yang lama studi di Kota suci Makkah. Beliau masih enggan diungkap identitasnya.
Sudahlah. Biarkan saja masa lalu dengan segala ruang gelap dan selaksa misterinya. Dia akan tetap indah jua untuk dikenang. Penulis kembali fokus kepada kandughan mutiara yang masih terdimpan baik di desa pagar gunung.
Disamping bertemu kembali antara cabang dengan asal , atau jika dalam ungkapan ibarat pada disiplin ilmu usul fikihnya ialah : " roddul. Far'i ilal asli.
Penulis juga menemukan sebuah kejutan luar biasa. Yaitu kopi asli pagar gunung yang ditanam di ketinggian 1300 meter dipermukaan laut madina. Sungguh enak tenan.
Konon belanda dan jerman pada sekitar tahun 1840 an telah melihat mutiara bisnis ini.
Karena itu dengan dalih mengajari skill ilmu metalurghi sederhana pada warga (ilmu pandai besi/manitip bosi ) oleh beberapa warga jerman masa itu, atas suruhan si belanda tengik untuk mendekati hati warga pagar gunung.
Tujuannya ialah agar warga lokal kampung pagar gunung dengan suka rela menanami tanahnya dengan kopi dan kayu manis. Dimana kdua komoditas tanaman tua ini hanya lebih untuk kebutuhan orang penjajah di Erofa di luar negeri sana. Adapun nasib warga desa pagar gunung tidak juga sejahtera di masa tempoe doeloe itu. Dasar si penjajah kejam dan licik ( Sirit niama niai ).
Keramahan warga pagar gunung terlihat sekali ketika penulis di jemput ke mesjid kampung pagar gunung oleh seorang warga atas suruhan tuan Nalomok Muhammad Yusuf.
Dan selanjutnya kami diajak masuk ke rumah warga milik bapak partoguan ayah srorang guru di Purba bernama guru Daud. Dan sekonyong- konyong pula kami disuguhi hidangan selamat datang berupa kopi arabika nikmat sejuta aroma.
Ajibnya lagi, begitu bere Asmi masuk membawakan suguhan kopi kepada kami dan rombongan yang berjumlah delapan orang, maka spontan saja tercium aroma wangi eksotis kopi dengan sejuta sensasi semerbak harum memenuhi ruangan.
Ternyata kopi ini produk asli pagar gunung sendiri dari produk hulunya sampai ke proses hilirnya.
Ternyata lebih mengejutkan lagi bahwa toke dan pabrik kopi ini dikelola oleh sipemiliknya yang juga seorang alumni santri Purba baru. Ditambah pula dengan asistennya yang sangat cekatan dan ramah penuh etika yang bernama bapak Asmi.
Luar biasa perjalanan kali ini. Penulis akan lanjutkannya kepada episode berikutnya. Insya Alloh. Fasiru fil Ardhi. []
By, Dr. Zawil Huda, SH, S.Pd.I, M A
(Alumni Purba Baru Madina. Murid ayah tarutung, ayah umar serta ayah Arda. Pengagum Syekh Mustafa Husein yang beliau ini murid dari dari Syekh Sayyid Umar Syato di Makkah era tahun 1800 an ).
Maa sya Allah Tabarakallah,Insya Allah Kampung ini adalah salah satu tempat yang tidak bisa di masuki oleh dajjal.beruntung lah mereka yang tinggal disana.
ReplyDelete