Oleh : Zawil Huda
( Mahasiswa Program Doktor UM Sumbar tahun 2024 )
Artikel, kawalbangsa. Com ---
Hari guru ditetapkan dengan keppres nomor 78 tahun 1994 dimasa presiden Soeharto. Untuk tahun ini hari guru jatuh pada hari senin, 25 November 2024. Namun demikian guru masih saja dipandang rendah dan seakan sedang diperbudak di negara ini.
Setiap sekolah merayakannya dengan diiringi lagu- lagu pujian kepada guru. Diantara lirik lagunya yang masih mengganjal adalah guru 'pahlawan tanpa tanda jasa.' Padahal mestinya guru itu termasuk orang yang paling berjasa di negara ini.
Karena itu guru sebenarnya berhak digaji tinggi sampai 30 juta rupiah perbulan. Anak-anak guru ditanggung pendidikan dan kesehatannya sampai program doktor. Rumahnya diberikan yang sangat layak. Mobilnya disediakan sekelas pajero dan fortuner. Diberikan pula tunjangan liburan untuk sebulan tiap tahun. Semua itu ditanggung oleh negara. Inilah yang disebut memanusiakan guru.
Maka jika demikian guru layak diminta untuk kerja siang malam fokus pada tupoksinya. Sebab kebutuhan pokok, sandang, papan, pangan, serta sisi luxnya juga sudah dipenuhi.
Jika tidak demikian maka inilah yang disebut dengan perbudakan guru. Logikanya begini, jika Guru saja diperbudak, apalagi rakyat jelata nya. Sungguh ini adalah realitas yang sulit kita terima. Namun sudah menjadi fakta yang tidak bisa dibantah.
Presiden mana yang punya nyali untuk membuat guru hidup dalam alam merdeka secara finansial lahir batin ? Lalu kemudian baru memintak guru untuk mengabdi sepenuh hati, jiwa dan raga ?
Ingat, secara fsikologis guru akan bisa minder jika anak didiknya memiliki ekonomi jauh diatasnya. Apakah negara pernah berfikir sejelimet dan sejernih ini ?
Hal ini mungkin saja dilakukan oleh Presiden melalui UU di DPR. Bukanlah DPR itu wakil rakyat sekaligus wakil guru ? Analogikan relevansinya kepada daripada uang negara ini bocor dicuri oleh para koruptor-koruptor jahat, lebih baik diberikan kepada guru.
Guru kita tengah disibukkan dengan tugas tugas administrasi diluar nalar sehat. Sehingga peran sebagai pengajar dan pendidik jadi terganggu. Hal inilah yang terlihat dalam kurikulum merdeka yang digalakkan di masa menteri pendidikan bapak Nadiem Makariem.
Ada yang berkata kalau menteri pendidikan dimasa jokowi ini adalah bencana bagi dunia pendidikan Indonesia. Tapi tergantung pada perspektif masing-masing. Saya sendiri melihat beliau cocoknya dibidang bisnis, bukan dibidang pendidikan.
Kurikulum merdeka diduga oleh sebagian kalangan telah memperbudak guru karena beban administrasi yang amat banyak. Mulai dari beban membuat raport, uts, uas, e kinerja, journal, dan perangkat pembelajaran. Semua itu dapat membuat guru stres ringan bahkan stres berat. Dan jika guru telah stres dan kelelahan berkepanjangan, akan pasti akan berdampak kepada kualitas pendidikan. Tentu pada akhirnya dapat membuat bangsa ini jadi bodoh.
Untuk memahami persoalan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bersama:
Pertama, kurikulum kita telah banyak berganti- ganti dan bongkar pasang. Mulai dari kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 atau CBSA, kurikulum perbaikan 1994, kutukulum 2004 atau KBK, kurikulum 2013 atau kurtilas, dan sekarang kurmer atau kurikulum merdeka tahun 2021.
Padahal idealnya kurikulum itu bertahan sampai 20 tahun.
Kedua, perlu diingat bahwa guru bukan sama sekali petugas administrasi. Karena tugas administrasi sudah mestinya ditangani oleh bagian pegawai di sebuah sekolah atau bagian tata usaha.
Namun faktanya kurmer telah dianggap resmi menjadikan guru bagai budak yang mesti kerja siang malam lebih pada bidang administrasi. Namun disisi lain dengan gaji kecil yang sungguh jauh tertinggal dari cepatnya laju inflasi harga- harga barang kebutuhan hidup. Apalagi jika dibandingkan dengan gaji guru di negara luat, seperti di Finlandia, Australia dan Arab saudi.
Ketiga, kurikulum yang sering bertukar dan berubah merupakan indikator tidak matangnya dalam perencanaan dan kajian para membuatnya.
Sehingga jangan salahkan jika ada yang curiga kalau perubahan kurikulum adalah bagian dari korupsi dengan modus halus untuk membuat alasan yang logis dengan adanya proyek-proyek turunannya, seperti mencetak buku -buku paket, buku cerdas, dan menyediakan dana pelatihan- pelatihan dan lainnya, yang pasti mencapai puluhan trilyunan rupiah.
Dengan bergantinya presiden RI dan telah diangkatnya menteri pendidikan yang baru bapak Abdul mukti diharapkan terjadi tsunami kebijakan, terutama perlu diganti kurikulum yang sungguh membebani guru guru seluruh Nusantara.
Jika pendidikan kita tidak maju, maka nasib bangsa ini diambang kehancuran. Sesuai dengan novel fiksi berjudul ' ghost fleed ' yang ditulis seorang ahli strategi militer dari Amerika. Dimana dalam novel tersebut jelas menyinggung kalau indonesia akan bubar pada tahun 2030. Diduga bubarnya bangsa ini dimulai dari menghancurkan sektor pendidikannya.
Hal ini jelas bisa saja terjadi jika ditilik dari sisi amburadulnya dan mahalnya biaya pendidikan kita untuk Perguruan Tinggi.
Perlu diketahui, bahwa didunia ini tidak ada beban seorang guru yang seberat dan seribet di Indonesia. Lalu apa gunanya sulit jika hasilnya hanya rendah ? Bisa jadi memang tujuan mereka untuk mengacaukan kualitas pendidikan kita.
Coba bayangkan jika guru- gurunya stres sepanjang tahun, tentu akan berefek kepada kualitasnya mengajar dan mendidik siswa di kelas.
Jika kita ingat dimasa tahun 70, 80, 90 an, waktu kita SD dahulu. Dimana guru- guru kita mengajar dengan cara sederhana saja. Dan guru masih dibolehkan menghukum murid yang nakal tanpa adanya rasa takut dilaporkan oleh siswa dan wali murid ke polisi. Hasilnya terbukti dengan output kita-kita siswa dari alumni era tersebut bisa berhasil dan cerdas di zaman kontemporer sekarang. Artinya tidak ada masalah dengan kurikulum kita dimasa itu. Tapi kenapa sibuk tukar guling kutukulum ?
Apa hasil dari pendidikan nasional dengan kurikulum dan regulasi yang berjubel dan super sulit seperti sekarang ? Diduga hanya untuk membodohkan bangsa ini agar mudah dikuasai asing dan asing.
Pendidikan kita lebih kepada menyiapkan kaum pekerja, bukan kaum pengusaha. Menciptakan buruh, bukan pemikir. Ujungnya pendidikan kita diarahkan buat melayani kebutuhan kelompok pemodal untuk menggerakkan ekonomi kapitalis sejati yaitu para kartel dan oligarki.
Mari berkontemplasi sambil tanyakan pada nurani masing- masing. []
0 comments:
Post a Comment