Monday, December 23, 2024

Rura Patontang Hikayatmu Dahulu dan Ceritamu kini. Oleh : Dr. Zawil Huda, SH, MA


Rura Patontang 
Hikayatmu dahulu dan Ceritamu kini

       Oleh : Dr. Zawil Huda, SH, MA
( Tokoh sang pembela hak - hak rakyat ) 


Desa ini.... 
Sudah lama ditelantarkan
Diabaikan
Di buai di ayun ayun
Oleh mulut mulut manis para sarigala 

Derita mereka, dikampung ini,
 Rura
Sudah bermula sejak dahulu kala
Dari masa ke masa
Pada tiap Repelita

Jika musim pemilu dan pilkada, 
Tiba, 
Warga disana akan dibujuk rupa rupa warna
dengan hembusan angin angin sorga

Sungguh Nista, nista.... 
 nistanya kalian, 
Hai sarigala
Kenapa kamu lancang bohongi mereka ? 
Kenapaa..? 

Rura, rura, ruraa.... 
Mereka ini manusia
Para pembayar pajak
Penyumbang populasi pada negara
Lihatlah wajah wajah mereka yang lugu tulus
yang telah pernah percaya 
pada janji janji buaya, 
Tapi mereka kalian khianati dibelakang meja

Ruraaa, Ruraa... 

Sungguh malangnya nasib mereka
Dikunjungi hanya untuk sekedar pencitraan buat sang raja
Setelah itu kembali akan dilupa

Rura, 
Mereka pembayar pajak, pajak bumi
Tapi hak hak mereka telah hilang sirna
Hilang dirampas
Ya hilaaang.... Hilaaang...
Hilang dari ;
Kertas kertas pembahasan di dewan dewan kota

Bagian mereka... Di sana..di rura... 
Telah pun jua kalian lenyapkan
 dalam buku rencana dinas dinas pintar

Oh penguasa, penguasa... 
Dimana nuranimu ?
 Manaaa ? 

Kini kami mulai ragu
Apakah jiwamu masih berupa, rupa manusia ? 

Kampung ini
Rura patontang
 Berada diujung pasaman barat
Masih disudutnya lagi,
Disanaaa... 
Di tempat yang agak jauh...jauuuuhh... 
Dari peradaban pusat pusat kota

Tapi jangan lupa
mereka juga seperti kita
Mereka Manusia
Mereka adalah kita
Butuh cinta dan kasih sayang

Tapi kapan kalian urus kesehatan mereka
Kapan kalian urus pendidikan mereka
Kapan...?? 
Ooo... Nanti.. 
Ha ha haaa... Nanti..? 
Kapan...? 

Rura patontang
Desa nun indah bersahaja
Sampai kini tidak pernah berubah
Yaaa, dari duhululu begitu sampai sekarang
Sekarangpun masih seperti dahulu

Tiada aspal, disana
Tiada , 
Tidak ada, tidak ada
Benar benar tidak ada
Kampung ini Jauh dari kota, 
jauh sekali... 

Karena jalannya cuma tanah, 
yang rusak berliku liku
Mendaki dan menurun 
licin dan terjal
Hingga pejabatpun enggan untuk datang
Ke sana... Ke rura.. 

Ooo Kawan....
Jika kau satu saat pergi ke kampung rura
Engkau baru akan jadi mengerti 
Tentang arti hidup yang sebenarnya 
Ternyata hidup itu 
sungguh susah
 dan bergetah

Orang orang disekitarnya telah merdeka 
hidup normal menikmati banyak kemajuan
Tapi rura patontang tetap saja seperti dahulu
Terasing dari hidup yang layak

Rura patontang
Ruraa, rura.. 
Mereka dituduh tertinggal 
Padahal mereka ditinggalkan ? 
Mereka dipandang orang terkucil 
Padahal karena dikucilkan ? 

Tidak juga,
 tidak begitu, kawanku... 
Mereka sebenarnya, 
telah dilupakan oleh para penguasa

Katanya bukan, 
bukan demikian, katanya
Sebenarnya mereka sudah diberi banyak sekali.... Di rura.. Oleh penguasa... 
Sudah banyak... 

Benar, 
benar sekali 
Mereka telah banyak diberi
Yaitu diberi janji janji, 
dan diberi harapan harapan
Diberi rencana rencana, 
Akan pembangunan demi pembangunan
Yang indah indah...
tapi semua hanya palsu

nyatanya untuk berobatpun
Mereka di rura... 
Disana... 
Sering harus mati di tengah perjalanan

Kini, bagi mereka
Sulit untuk memahami 
arti arti sebuah kata kata merdeka...? 
Betulkah kami sudah tidak lagi terjajah...? 

Rura patontang... Rura... 
Ini anggaran kami siapkan
Bermilyar dolar untukmu, rura... 
Ini janjiku
Percayalah padaku, rura... 
Ucap para mafia itu

Tapi nyatanya riwayatmu kini
Hai rura, 
Sama juga 
seperti riwayatmu yang dahulu dahulu, 
Kala, dikala dahulu
Dahulu kala

Maksudnya tetap saja sama 
sama dengan, 
Dengan sama, 

jalan jalan itu
Tetap saja hanya tanah tanah
 yang penuh lumpur lumpur luka
 dan rasa sakitnya jiwa jiwa
yang telah lama dibalut kecewa

Jika malam telah menjelma
Kampungku akan gelap gulita

Jika kami berjalan keluar
Cuma dengan dua kaki yang telanjang

Jika kami pulang
 akan selalu bersimbah peluh

Semua luka luka itu
Terpaksa Kami bungkus dengan senyum perih
 Hanya untuk bisa sekedar bertahan hidup
Di dunia keras yang penuh kebohongan ini

Ooo ruraku.... 
Sampai kapan waktunya
agar kau bisa menjadi bahagia
sama seperti warga negara yang lainnya ? 

Ruraku...
rura patontang... 
Semoga disuatu ketika 
Nanti.. 
engkau bisa ikut senang
Dan menikmati arti merdeka
Di bumi Indonesia raya. []


Ujung gading, Senin, 23 Desember 2024


Share:

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment

Post Terbaru

Institute Social Control (ISC) Dukung Penuh DPRD Pasaman Barat untuk Laksanakan Hak Angket

Jika uang negara dicuri pejabat. Maka rakyat mesti bangkit untuk menyikat. Agar para koruptor itu jera dan kualat. Sehingga uang...

Populer Minggu ini

Popular Pos Tahun Ini