Opini,kawalbangsa.com --- Puasa sudah di depan mata. Menjelang bulan Ramadhan, biasanya pengurus masjid dan mushalla mulai sibuk menyusun daftar petugas penceramah untuk mengisi kajian di masjid dan surau-surau. Bahkan, persiapan ini sering dimulai dua bulan sebelum Ramadhan tiba. Para penceramah pun mulai mempersiapkan materi masing-masing untuk disampaikan kepada jamaah shalat tarawih.
Di tengah tradisi ini, ada pemikiran yang menarik dari Dr. Julhadi, MA, Kaprodi Pascasarjana S3 Program Studi Islam. Beliau pernah menyampaikan, “Kenapa harus penceramah yang membahas hal-hal rohani saja yang diundang? Sesekali, kenapa tidak mengundang orang dari kalangan kesehatan, pembisnis, atau profesi lainnya?” Pemikiran ini membuka pandangan baru tentang dakwah yang lebih luas dan relevan.
Saya merenungkan ucapan tersebut dan merasa sangat sejalan. Selama ini, ada anggapan umum bahwa penceramah atau pendakwah haruslah orang yang ahli dalam ilmu agama, mampu mengutip dalil, hadis, dan menguasai berbagai tafsir. Namun, mengapa kita tidak mencoba menghadirkan figur-figur dari kalangan umum, seperti pengusaha, peternak, ahli perikanan, petani, tenaga kesehatan, dan profesi lainnya?
### Menggagas Pola Baru Dakwah
Pola ini belum banyak diterapkan di masjid dan mushalla. Kebanyakan masih berpusat pada pencerahan rohani semata, yang tentunya sangat penting. Namun, kita juga harus memperhatikan aspek kehidupan lainnya, seperti kesehatan tubuh, pengelolaan bisnis, pertanian, dan berbagai keahlian praktis yang dapat menunjang kehidupan sehari-hari jamaah.
Bayangkan jika seorang tenaga kesehatan diundang untuk memberikan edukasi tentang pola makan sehat sesuai dengan prinsip Islami, atau seorang petani berbagi pengalaman tentang bagaimana bercocok tanam yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi lingkungan. Pengusaha dapat memberikan wawasan tentang bisnis yang jujur dan beretika sesuai ajaran Islam, sementara ahli perikanan bisa mengajarkan cara memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak. Hal-hal seperti ini tidak hanya memperkaya wawasan jamaah, tetapi juga memberikan manfaat langsung yang dapat diterapkan dalam kehidupan mereka.
Manfaat Dakwah Multidisipliner
Dakwah dengan pendekatan multidisipliner ini memiliki beberapa kelebihan:
1. Kontekstual dan Praktis: Materi yang disampaikan oleh berbagai profesi menjadi lebih relevan dengan kehidupan jamaah sehari-hari. Dakwah tidak hanya berbicara tentang rohani, tetapi juga tentang bagaimana menjalani hidup dengan lebih baik secara keseluruhan.
2. Meningkatkan Kesejahteraan Umat: Dengan edukasi dari berbagai bidang, jamaah dapat belajar keterampilan baru yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka, baik dari segi kesehatan, ekonomi, maupun keberlanjutan lingkungan.
3. Membuka Wawasan Baru: Menghadirkan figur dari berbagai profesi dapat memperluas cara pandang jamaah terhadap dunia dan menunjukkan bahwa Islam relevan dalam semua aspek kehidupan.
4. Menghilangkan Dikotomi Ilmu:** Pendekatan ini menunjukkan bahwa ilmu agama dan ilmu duniawi tidak harus dipisahkan. Keduanya dapat berjalan beriringan untuk membawa kebaikan bagi umat.
Implementasi Pola Baru
Untuk mewujudkan pola dakwah ini, diperlukan langkah-langkah strategis:
1. **Kerja Sama dengan Komunitas Profesi:** Pengurus masjid dapat bekerja sama dengan komunitas profesional di sekitar mereka untuk mengundang narasumber dari berbagai bidang.
2. **Pengemasan Materi yang Menarik:** Materi dakwah harus disusun sedemikian rupa sehingga tetap mengandung nilai-nilai Islami, tetapi disampaikan dengan pendekatan yang relevan dan menarik bagi jamaah.
3. **Penguatan Literasi Keagamaan:** Meski berasal dari kalangan umum, narasumber tetap dapat dilatih untuk menyampaikan pesan dengan landasan nilai-nilai Islam.
4. **Diversifikasi Program:** Selain kajian rohani, masjid dapat mengadakan sesi khusus, seperti workshop, pelatihan, atau diskusi tematik, yang menghadirkan para ahli dari berbagai bidang.
### Penutup
Dengan mengadopsi pola dakwah multidisipliner ini, masjid dan mushalla dapat menjadi pusat pencerahan yang tidak hanya membangun spiritualitas, tetapi juga memberdayakan jamaah secara sosial, ekonomi, dan intelektual. Dakwah tidak lagi terbatas pada satu sudut pandang, melainkan mencakup berbagai dimensi kehidupan yang saling melengkapi. Semoga gagasan ini dapat menjadi inspirasi bagi pengurus masjid di seluruh Indonesia untuk menghadirkan dakwah yang lebih luas, relevan, dan berdampak nyata bagi umat. []
Editor : Zawil Huda
Post a Comment