Api Rindu Nabi Yang Menyala Oleh : Dr. Zawil Huda, SH, MA (Sedang ikut Doktoral untuk kedua kalinya pada studi Islam di UM sumatera barat)


Api rindu Nabi yang menyala 
Oleh : Dr. Zawil Huda, SH, MA


Artikel, kawalbangsa.com ----
Umroh dan haji mesti disangkutkan dengan ziyarah kepada Nabi. Meskipun hukumnya ziyarah ini tidak wajib, namun ziyarah tersebut merupakan pokok dari pribadi dan jiwa seorang muslim. Karena ziyarah kepada Nabi artinya rindu dan ingin berjumpa dengan nabi.

Andainya nabi masih hidup, maka pastilah orang yang ziyarah itu hakikatnya ingin bertemu untuk melepaskan rindu kepada nabi. Ingin menyalami tangan Nabi yang mulia. Ingin merasakan aura sosok nabi saat berada didekatnya. Mencium harum tubuh nabim mendengar sabda sabdanya langsung dari mulut indah tersebut. Mengamati gerak geriknya yang semuanya pasti menawan. Dan peziarah itu ingin mendapat tatapan dari mata nabi agar makin hidup dan makin terasa getaran iman dan kecintaan akan sang Habibullah.

Nah, disaat nabi sudah wafat maka ziyarah kepadanya sama saja seperti dimasa hidupnya. Tetap dihitung seakan ziyarah kepada Nabi semasa beliau masih hadir secara ragawi di kota madinah.

Sabda rosul : "Man zaroni ba'da mauti fakaannama zaroni fi hayati."  Artinya, siapa yang menziarahiku ketika aku sudah wafat, seakan dia menziarahiku ketika aku hidup. Jadi siapapun hari ini, di zaman ini yang ziyarah kepada Nabi maka dia dicatat dan diberi pahala serta mamfaat berkah juga sama dengan mereka yang dulu menziarahi nabi waktu hidupnya. 


Betapa beruntungnya orang yang umroh dan haji yang ziyarah kepada Nabi Muhammad. Sebab nabi tidak boleh disebut telah wafat sebenarnya. Banyak ulama yang menganggap hal itu salah adab atau suul adab. Istilah yang tepat ialah Nabi telah intiqol. Beroindah ke alam barzakh.

Namun ingat, nabi Muhammad bisa tahu dan melihat serta bisa mendoakan siapapun yang mengucap salam kepadanya dari seluruh sudut dunia ini. Apalagi mereka yang ziyarah langsung didepan kuburnya. Mengucap salam dengan bibir bergetar dan hati yang  hendak copot karena menanggung api rindu yang sangat seumur hidupmu.


Bukanlah engkau yang pertama merindukan nabimu. Jangan gede rasa. Tapi nabilah yang pertama kali telah merindukan engkau semenjak dari alam nur. 

Jika namamu tidak pernah disebutnya, maka engkau tiada akan pernah sampai ke depan makamnya. Jika nabi tidak karena telah lebih dulu rindu berat kepada engkau, maka sungguh engkau tidak akan merasakan rindu yang kuat itu kepadanya.

Lalu kenapa di hatimu senantiasa bergelora oleh ombak rasa rindu kepada nabi Muhammad sang pemilik syafaat 'uzma itu ?

Kenapa selama ini terlalu sering kau menangis hanya dengan mengucap solawat dan hanya sekedar membaca sirohnya saja ? 

Kenapa kau rela tabungkan uangmu sedikit demi sedikit agar bisa umroh menziarahi nabimu ?

Kenapa namamu engkau tambahkan dengan pakai kata Muhammad dipangkalnya, padahal awalnya namamu tidak ada kata Muhammad nya ?

Kenapa nama anakmu dan cucumu kau buat pakai nama Muhammad atau ahmad ? 

Kenapa nama perempuanmu kau tabuhkan dengan nama khodijah, Fatimah, Aisyah, zainab, ummu kultsum, Ruqoyyah ? 

Kenapakah gerangan hal itu kau lakukan hai musafir cinta ?

Tidak lain tidak bukan adalah karena engkau telah sangat dirindukan oleh nabimu dalam ruhnya. Sesungguhnya kerinduannya padamu sudah melangit.

 Tapi dimanakah balasan rindunya itu kamu perlakukan selama ini wahai yang mengaku rindu nabi ? 

Padahal namamu telah ada dalam catatan emasnya. Padahal beliau menunggumu sudah sejak lama dan berbilang masa, hattapun pada berwindu windu sampai ribuan tahun. 

Sekarang pergilah temui kekasihmu itu di kota suci madinah. Bersimpuhlah dihadapannya. dan ucapkan salam dengan lirih dan haru. Ingatlah Nabi sedang menatapmu.

"Assalamualaika wahai sang kekasih hatiku. Syafaatkan aku dunia akhirat. Bimbinglah hidupku dengan caramu yang lembut."

Assalamual aika zainal anbiyai
Assalamu alaika atqol atqiya
Assalamualaika ya tobiba nafsi

Kami datang ya rosululloh
Kami para pendosa ini mohon terima
Selain engkau tidak ada lagi yang kami miliki untuk deking kami dihadapan ilahi nanti.

Mali siwaka, wa la alwi ala ahadin.
Ya sayyidi ya rosululloh 
Khuz biyadi.

Walau annahum iz zolamu anfusahum tsumma jauka fastagfarulloha wastagfaro lahumur rosulu lawajadulloha tawwabar rohima.

Semua muslim yang umroh mestilah ada nyala rindu di kalbunya kepada sang rosul. Diketika rindu itu  makin memuncak, maka  akan muncullah kobaran api asyik dan  jiwa sir yang membakar ruh dalam mesra nan sungguh dahsyat tiada terceritakan. Kelu lidah mengucapkannya.

Perasaan dekat dengan nabi terasa menguat. Tidak mampu beranjak setapakoun dari hadapannya. Teramat syahdu. Indah. Haru. Air mata bercucuran. Runtuh. Hilang dunia. Yang ada hanya cinta. Man 'arofa nabiyyahu kalla lisanuhu.

 Datanglah rasa takzim dan kagum yang membara. Lalu dari situ melahirkan ketaatan penuh untuk mengamakkan ajaran rosul dalam setiap inci dan jengkal hidup kita. Beruntunglah bagimu yang umroh dan haji. Ziyarahi nabi yang penyayang.

'Azizun 'alaihi ma 'anittum. Harisun 'Alaikum. Bilmukminina roufur rohim. []


Kuala lumpur, pabrik coklat,  sabtu, pukul 17.05 sore , 22 februari 2025

Post a Comment

Previous Post Next Post