*Mewujudkan Kesejahteraan Guru dan Rekonstuksi Fasilitas Sekolah sebagai Pilar Pendidikan*
Oleh DENNI MEILIZON
MUHAMMADIYAH dikenal sebagai organisasi Islam yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan. Ribuan sekolah dan perguruan tinggi telah didirikan, mencetak generasi yang berilmu dan berakhlak. Namun, di balik kebanggaan itu, ada realitas yang masih perlu mendapat perhatian serius: kesejahteraan guru dan kualitas fasilitas sekolah Muhammadiyah, terutama di tingkat dasar dan menengah.
Banyak guru di sekolah Muhammadiyah yang menerima gaji di bawah standar kelayakan. Kondisi ini tentu berpengaruh pada semangat dan kualitas pengajaran. Tidak sedikit guru yang akhirnya harus mencari penghasilan tambahan atau bahkan berpindah ke sekolah lain yang menawarkan kesejahteraan lebih baik. Jika ini terus terjadi, Muhammadiyah bisa kehilangan sumber daya pendidik terbaiknya, yang pada akhirnya berdampak pada kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa.
Di sisi lain, fasilitas dan infrastruktur sekolah Muhammadiyah juga perlu menjadi perhatian. Persaingan di dunia pendidikan semakin ketat, terutama dengan berkembangnya sekolah-sekolah swasta berbasis internasional dan pesantren modern yang menawarkan fasilitas unggulan. Banyak sekolah Muhammadiyah masih bertahan dengan bangunan lama, ruang kelas yang kurang layak, dan fasilitas pendukung yang terbatas. Padahal, dalam era pendidikan yang semakin kompetitif, kualitas lingkungan belajar sangat berpengaruh terhadap minat siswa dan kepercayaan masyarakat. Jika Muhammadiyah ingin tetap menjadi pilihan utama dalam pendidikan Islam, perlu ada strategi khusus untuk meningkatkan kualitas fasilitas sekolah.
*Persoalan Struktural dan Solusinya*
Salah satu akar masalah kesejahteraan guru adalah sistem pendanaan yang bergantung pada SPP siswa dan donasi. Sekolah-sekolah Muhammadiyah yang memiliki jumlah siswa banyak dan dikelola dengan baik mungkin bisa memberikan gaji yang layak, tetapi sekolah-sekolah kecil, terutama di daerah, sering kali kesulitan memenuhi standar kesejahteraan guru.
Sementara itu, kurangnya perhatian terhadap fasilitas sekolah Muhammadiyah juga menjadi tantangan tersendiri. Banyak sekolah Muhammadiyah yang tidak mampu melakukan renovasi atau pembangunan fasilitas baru karena keterbatasan dana. Jika kondisi ini dibiarkan, sekolah-sekolah Muhammadiyah bisa kalah bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang menawarkan lingkungan belajar yang lebih nyaman dan modern.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah yang bisa dipertimbangkan antara lain:
1. Skema Subsidi Silang untuk Kesejahteraan Guru
Aset-aset Muhammadiyah yang memiliki surplus finansial bisa diarahkan untuk membantu sekolah-sekolah dengan keterbatasan dana. Misalnya, sebagian keuntungan dari rumah sakit atau universitas Muhammadiyah dialokasikan untuk meningkatkan kesejahteraan guru di sekolah-sekolah kecil.
2. Revitalisasi Infrastruktur Sekolah
Perlu ada pemetaan kondisi sekolah Muhammadiyah di berbagai daerah untuk mengidentifikasi sekolah yang membutuhkan renovasi atau pembangunan fasilitas baru. Dana dari amal usaha Muhammadiyah (AUM) bisa dialokasikan untuk proyek ini.
3. Kolaborasi dengan Alumni dan Donatur
Banyak alumni sekolah Muhammadiyah yang telah sukses di berbagai bidang. Jika ada gerakan yang melibatkan mereka dalam penggalangan dana untuk perbaikan sekolah, tentu akan sangat membantu.
4. Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Sekolah Muhammadiyah harus mulai beradaptasi dengan tren digital, seperti penggunaan smart classroom, e-learning, dan laboratorium berbasis teknologi. Ini penting agar siswa Muhammadiyah tidak tertinggal dalam era digital.
5. Standarisasi Sekolah Muhammadiyah
Muhammadiyah perlu membuat standar minimal bagi sekolah-sekolahnya agar semua memiliki fasilitas yang layak dan tidak tertinggal jauh dari sekolah-sekolah lain.
6. Peningkatan Profesionalisme dan Akses Bantuan Pemerintah
Muhammadiyah perlu lebih aktif dalam memastikan sekolah-sekolahnya memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah, seperti dana BOS atau tunjangan sertifikasi guru. Ini bisa dicapai dengan meningkatkan akreditasi sekolah dan memperbaiki administrasi kepegawaian.
7. Membangun Model Bisnis Berkelanjutan untuk Sekolah
Beberapa sekolah Muhammadiyah sudah mulai mengembangkan unit usaha sendiri, seperti koperasi sekolah atau bisnis berbasis komunitas. Model ini bisa diperluas dengan dukungan dari pusat agar sekolah-sekolah tidak hanya bergantung pada SPP siswa.
*Menjaga Marwah Pendidikan Muhammadiyah*
Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan masa depan bangsa. Jika Muhammadiyah ingin tetap menjadi lokomotif pendidikan Islam yang maju, kesejahteraan guru dan kualitas fasilitas sekolah tidak boleh diabaikan. Guru bukan hanya pekerja, tetapi juga pembangun peradaban. Jika mereka sejahtera, mereka bisa mengajar dengan penuh dedikasi tanpa harus khawatir dengan kebutuhan hidupnya.
Begitu juga dengan fasilitas sekolah, yang menjadi wajah Muhammadiyah di mata masyarakat. Jika sekolah Muhammadiyah memiliki infrastruktur yang baik, siswa dan orang tua akan lebih yakin untuk memilihnya sebagai tempat menuntut ilmu.
Sudah saatnya Muhammadiyah mengambil langkah lebih progresif dalam menyelesaikan persoalan ini. Jangan sampai sekolah-sekolah Muhammadiyah hanya menjadi kebanggaan dari segi jumlah, tetapi lemah dalam aspek kesejahteraan tenaga pendidiknya dan daya saing fasilitasnya.
Kita berharap ada terobosan konkret dari pimpinan Muhammadiyah untuk memastikan bahwa guru-guru yang telah mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa mendapatkan hak mereka dengan layak, dan sekolah-sekolah Muhammadiyah terus berkembang sesuai tuntutan zaman. Sebab, pendidikan yang berkualitas tidak bisa berjalan tanpa guru yang sejahtera dan fasilitas yang memadai.
Denni Meilizon
(Pegiat Literasi & Kader Muhammadiyah)
Post a Comment