Euforia Berburu Takjil di Bulan Ramadhan: Antara tradisi, konsumsi berlebihan dan ketimpangan sosial. oleh: Paimal Andri, S.Sos




Euforia Berburu Takjil di Bulan Ramadhan: Antara tradisi, konsumsi berlebihan dan ketimpangan sosial

Oleh : Paimal Andri, S.Sos

Artikel, kawalbangsa.com -----
Fenomena berbelanja "Takjil" atau "Pabukoan" dibulan Ramadhan merupakan ritual yang selalu ada disetiap Ramadhan. Masyarakat berbondong-bondong datang dan berbelanja di pasar takjil, baik anak-anak muda maupun orang tua yang juga tidak mau ketinggalan. 
Fenomena ini dilihat dari satu sisi memang merupakan sebuah kebahagian kita kaum muslimin.

 Sebab, ada pertemuan antara penjual dan pembeli yang akan membuat transaksi ekonomi dan juga ruang sosial dimana individu membangun makna dan identitas keagamaan. Namun ada hal lain yang juga perlu di perhatikan, yakni jangan berlebihan dalam hal ini, dalam perspektif ini berbelanja "pabukoan" bisa dikaitkan dengan konsumsi berlebihan dibulan Ramadhan. 

Konsumsi berlebihan ini menjadikan individu yang tengah menjalankan puasa malah bersikap bertentangan dengan tujuan Ramadhan, yakni "kesederhanaan". Dan kesederhanaan ini malah tergantikan oleh prilaku konsumsi yang berlebihan dan meningkat. Selain itu membeli makanan yang beragam bisa menjadi bentuk konsumsi yang mencolok untuk menunjukan status sosial.

Dan fenomena kebiasaan berbelanja pabukoan ini juga bisa mencerminkan ketimpangan ekonomi. Sebab akan terlihat ketimpangan orang yang sering berbelanja pabukoan sebagai masyarakat dengan daya beli tinggi dan bisa menikmati berbagai pilihan makanan, sementara masyarakat yang ekonomi nya lemah akan terlihat lemah, tidak mampu dan hanya bisa membeli makanan yang terbatas.

 Maka dengan demikian akan semakin memperlihatkan perbedaan antara masyarakat mampu dan yang miskin diantara kaum muslimin. Inilah hal yang dapat membuat kita mesti menyadari betul tujuan dari puasa Ramadhan selain beribadah kepada Allah Swt, secara substansi puasa adalah merasakan hal kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh fakir dan miskin didalam kehidupannya sehari-hari. 

Maka fenomena ini adalah fenomena sosial yang kompleks. Dan kita hindari hal yang berlebih-lebihan, kita ikuti saja fenomena ini namun  tidak dengan berlebih-lebihan. []

Editor : ZH

Post a Comment

Previous Post Next Post